Tuesday, September 7, 2010

YA ROBBUL IZZATI


Ya Rabbul Izzati, sekian lama aku mengembara mencari cinta. Terperosok aku dalam kubangan rindu bersulam palsu. Pedih jiwaku, gersang ragaku. Tapi aku tak pernah berhenti memadu rindu, karena ku tahu cinta sejatimu adalah musim semi dalam jiwaku.
Allah, kuberharap pengembaraan cintaku membawaku pada sebuah taman. Menuju ke sana, kulalui dengan tertatih-tatih. Kadang terpikir olehku untuk menuntaskan jalan itu agar aku segera sampai. Tapi yang kutemui hanyalah taman yang gersang dan tandus di bawah panasnya terik matahari yang menyiksa jiwaku.
Rabbku, telah kupenuhi panggilan-Mu, membawa tubuh ringkih ini melewati jalan yang Kau kehendaki. Telah kucoba melepas segenap yang aku mampu untuk mengatasi beratnya medan yang menghalang. Telah coba kuatasi sedapatnya panasnya hari-hari kulewati.
Namun ampuni aku ya Rabbi. Betapa seringnya hamba tertegun ragu, untuk melanjutkan perjalanan yang panjang ini. Semuanya memang dikarenakan kelemahan hati ini yang masih saja berharap mencicipi kenikmatan duniawi.
Kinipun hati yang peragu ini masih diguncang gundah. Akankah Kau terima buah karya tangan lemah ini? Akankah Kau hargai, apabila saat ini hatiku masih juga mengharapkan wajah lain selain wajah-Mu. Jika masih juga kunanti senyum lain selain senyum-Mu. Juga masih kudambakan pujian selain dari pujian-Mu. Betapa semakin berat persangkaanku akan kesia-siaan amalanku, jika kuingat Engkau Maha Pencemburu!!!
Rabbi, bukan tak ingin aku istiqomah melewati hari-hari. Bukan tak hendak aku sabar menanti janji-Mu. Namun Rabbi, apakah salah jika aku menyandarkan diri pada dinding lain dalam sebuah bangunan Islam-Mu? Angkuhkah aku yang lemah ini Rabb? Salahkah aku yang dhoif ini Rabb?
Namun Rabb, lagi-lagi Kau didik aku dalam kealpaan mimpi semuku. Kau dekap aku dalam belaian tarbiyah yang telah banyak mengajarkan aku banyak hal. Tak sanggup kubendung air mata keharuan atas semua belaian ini. Karena aku tahu, tidak semua hamba-Mu Kau perlakukan sama seperti aku. Tersibak juga tirai kelam yang senantiasa menyeret langkahku menjauh dari-Mu, sungguh aku bersyukur atas semua ini. Aku sadar tidak sama pejuang dengan perintang, Kembali ku ingat sebait doa yang pernah kurenda, tentang sebuah janji yang telah kupatri, tentang azzam yang kutanam dan juga segala amanahku. Mengingatnya, semakin deras air mata ku mengalir, semakin kuat dan kokoh kakiku melangkah. Ternyata tanggung jawab itu besar berada di pundakku.
Rabbana, kekuatan apakah gerangan ini, yang mengantarkan kakiku ke dada pelangi. Jauh melesat meninggalkan bayang-bayang. Bergerak bagai awan putih merindukan terang. Kadang kala kabut pekat yang kutemui. Langkahkupun seolah terhenti. Namun aku tidak mau terjebak di dalamnya, sekuat tenaga kucoba berlari, tapi langkah kaki kecilku berpacu dengan nafsu yang menahan jiwaku. Aku bergumul seorang diri, mulutku berteriak, namun suaraku bersembunyi. Beruntung aku masih punya nafas, yang bisa kudendangkan tatkala hatiku sunyi. Dengan nafas itu aku berjalan di atas bumi. Menuntun hamba-hamba-Mu yang mendambakan cinta sejati.
Rabb, apakah ini jawaban setiap doa-doaku? Agar Engkau sertakan aku di dalam barisan para salafussholeh?. Apakah ini jawaban setiap rintihanku, agar Engkau jadikan setiap nikmat yang ada pada diriku sebagai mahar yang akan aku persembahkan pada-Mu?
Oh Rabbi, ampuni atas segala kelemahan imanku, bimbing aku melewati jalan orang-orang bernyali singa, namun aku cukup arif menyadari Rabb, siapalah aku ini, betapa diri ini tak layak disejajarkan dengan mereka. Siapalah aku ini dibandingkan mereka yang senantiasa bersimbah peluh dan debu untuk membuktikan kecintaanya kepada-Mu? Betapa lancangnya aku mengukur diri dengan mereka yang menghabiskan malam-malamnya dengan sujud tersungkur mengharapkan ampunan dan cinta-Mu.
Ya Rabbana, kesimpulan dari riak-riak hatiku ini, aku ingin sampaikan terima kasihku kepada-Mu. Walaupun syukur dan taubatku sering mungkir, namun lautan kasih sayang dan ampunan-Mu kuyakini tak pernah bertepi
Ya Muhaimin, untuk yang kesekian kalinya, kuucapkan terima kasih yang tak terhingga, atas segala cinta dan pelabuhan rindunya. Kau adalah musim semi dalam relung jiwaku. Dalam pangkuan-Mu, terhimpun seluruh kekuatanku, dengan kekuatan itu tanganku memainkan melodi, mulutku menyanyi lagu syurgawi. Izinkanlah ya Allah aku menjadi penyambung cahayaMu yang tiada pernah pudar.
Allah, Walaupun aku tak layak mensejajarkan diri, tapi aku ingin katakan, tarbiyah telah merubah diriku, melesat meninggalkan angan-angan hampa, bayang-bayang semu, serta dongeng yang tak memiliki cerita. Dalam dekapannya runtuh keangkuhanku, sirna kesombongnnku, lenyap sifat jahiliyahku. Yang ada saat ini bagaimana membentuk diri, seperti yang Engkau kehendaki …
Rabbi, di dada-Mu kupasrahkan kehidupan, di sana kutemukan kedamaian yang abadi, sujudku tak akan pernah merenggang, jemariku kan terus kususun, bibirku akan terus bergetar, memohon agar senantiasa Kau beri aku kebahagiaan, karena memang hanya dariMu-lah sumber kebahagiaan. wallohualam…

No comments:

Post a Comment